Kisah Unik di Panti Asuhan Sinar Melati
(Selasa, 16/08/2011) Bersama meringkuknya perlahan
Sang Mentari menuju ke peraduannya, saya dan teman-teman sekelas
mengadakan buka bersama di Panti Asuhan Sinar Melati. Buka bersama ini
diadakan dalam rangka menindaklanjuti janji kami sewaktu Bhakti Sosial
th. 2010 yaitu untuk memberikan foto-foto kami beserta anak-anak panti
asuhan tersebut kepada pihak Panti Asuhan Sinar Melati dan sekaligus
menjaga silaturahmi kami dengan warga Panti Asuhan Sinar Melati.
Acara buka bersama ini dimulai sekitar pukul
17.00 WIB di Panti Asuhan Sinar Melati cabang Condong Catur. Ada suatu
hal yang terasa berbeda ketika pertama kali kami bertemu kembali dengan
anak-anak panti asuhan tersebut. Ternyata setelah setahun lamanya kami
tidak mengunjungi Panti Asuhan Sinar Melati, kini tampak adanya
wajah-wajah baru dari anak-anak lugu yang mendiami panti asuhan
tersebut. Berderet-deret mengelilingi ruangan, warga panti asuhan dan
kami duduk menghias indahnya silaturahmi ini. Riuh canda anak-anak panti
sewaktu berkumpul, seolah melupakan sesaat semua penat tugas-tugas
kuliah kami.
Keramaian di ruangan tamu yang luas itu pun
sekejap terhenti, tatkala salam hangat dan penuh ketulusan terlontar
dari lidah pengasuh panti asuhan yang begitu kharismatik di hati
anak-anak tersebut memulai pembicaraan untuk membuka acara. Tutur
katanya santai dan penuh gurau dalam membuka acara, namun mampu langsung
mengena pada tujuan kehadiran kami. Seusai beliau memberikan sambutan,
foto-foto yang kami janjikan pun segera diberikan kepada pihak Panti
Asuhan Sinar Melati dan dibuka saat itu pula di depan seluruh anak-anak
panti asuhan dan teman-teman. Dengan penuh rasa keingintahuan, semua
mata pun tertuju pada foto-foto yang sedang dibuka tersebut. Namun rasa
penasaran pun belum jua terpupus, hingga semua anak-anak tersebut
merengek-rengek ingin memegang langsung foto-foto tersebut untuk
diperhatikan lebih dekat.
Setelah acara serah terima foto-foto yang kami
janjikan tersebut, saya mewakili teman-teman menyampaikan sedikit
sambutan. Sambutan yang spontan tersebut, membuat saya merasa apa yang
saya sampaikan masih jauh dari kesempurnaan dalam idealisme saya. Namun
setidaknya apa yang saya sampaikan cukup memenuhi standar penyampaian
kata sambutan.
Sembari menantikan detik-detik waktu berbuka,
pengasuh panti asuhan pun menyampaikan sedikit kultum. Beliau
menyampaikan mengenai waktu-waktu yang ijabah untuk berdoa.
Tidak sekedar menyampaikan secara teoritis saja, tapi beliau mampu
mengajak kami untuk berfikir logis dan menanalisis mengapa waktu-waktu
tersebut sangat baik untuk berdoa.
Tak seberapa lama dari waktu beliau
menyampaikan kultum, waktu berbuka pun telah tiba. Lalu beliau pun
segera memimpin berdoa untuk berbuka puasa. Dengan penuh kegembiraan dan
kepuasan karena telah menyelesaikan puasa sehari penuh, kami meneguk
segelas minuman coktail yang telah kami siapkan. Begitu nikmat setiap
aliran minuman yang melewati kerongkongan kami yang tadinya kering
seharian karena berpuasa. Lebih nikmat lagi, ketika melihat keceriaan
anak-anak panti asuhan yang sedang meminum minuman yang kami bawa. Dalam
berbuka puasa tersebut, kami tidak langsung makan makanan berat. Kami
hanya minum dan segera bergegas mengambil air wudhu untuk sholat Magrib
berjamaah di mushola panti asuhan yang terletak di lantai dua.
Setelah sholat Magrib berjamaah, diantara kami
berdiskusi dengan pengasuh panti asuhan untuk membuat kejutan kepada
salah satu teman kami yang sedang berulang tahun saat itu. Afza Afgani
Setiawan, itulah teman kami yang sedang berulang tahun saat itu. Namun
tentunya kami telah menyiapkan beberapa hal yang akan digunakan untuk
memberikan kejutan kepada teman kami tersebut. Seusai berdiskusi sesaat,
kami pun kembali ke ruang tamu seolah tidak terjadi apa-apa. Di ruang
tamu tampak beberapa teman-teman yang sedang berhalangan sedang
menuangkan teh manis ke dalam gelas-gelas plastik kecil dan menyiapkan
makan untuk kami semua. Kami pun ikut turun dan membantu
membagi-bagikannya.
Sewaktu sedang membagi-bagikan teh dan makanan,
tiba-tiba lampu mati. Seluruh teman-teman terkejut, mereka mengira
listrik malam itu padam. Namun sesaat kemudian dari arah belakang, Saras
dan Ratih membawa kue ulang tahun dengan beberapa lilin yang menyala di
atasnya ke arah ruang tamu sembari menyanyikan lagu ulang tahun. Lalu
teman-teman yang lain dan anak-anak panti asuhan pun mengikuti
menyanyikan lagu ulang tahun. Afza tampak terkesima dengan kejutan
tersebut hingga dia yang tadinya berdiri menjadi duduk bersimpuh menahan
kegembiraan yang bergema di hatinya. Kemudian dia pun meniup lilin
tersebut dan memberikan kue ulang tahunnya tersebut kepada pengasuh
panti asuhan. Setelah lilin ditiup, lampu pun dinyalakan kembali dan
kami melanjutkan aktivitas kami dalam membagi makanan dan minuman.
Setelah makanan dan minuman terbagi semua secara merata, kami semua
berdoa dan makan bersama.
Beberapa menit menjelang Isya', perhatian kami
tertuju pada ramai-ramai di dekat tempat wudhu. Tampak beberapa teman
berkerumunan mengelilingi Afza. Kami pun penasaran dan melihat apa yang
sebenarnya tengah terjadi. Ternyata teman-teman mau menceburkan Afza di
di dalam kolam dekat tempat wudhu tersebut. Itulah tradisi dari
teman-teman kelas kami. Setiap kali ada teman sekelas yang ulang tahun
pasti akan ramai-ramai dicerbukan ke dalam kolam di depan ruang kuliah
kami atau ke dalam kolam di depan HIMA Pend. Geografi. Namun berhubung
malam itu kami sedang tidak di kampus dan kebetulan di panti asuhan
tersebut memiliki kolam, maka teman-teman ramai-ramai menceburkan Afza
ke dalam kolam. Padahal kolam di panti asuhan tersebut bukanlah sekedar
kolam seperti di kampus, tetapi itu adalah kolam comberan yang di
dalamnya berisi air dari kamar mandi, dari tempat mencuci, dan dari
tempat wudhu. Tentulah air dalam kolam itu kotor dan sangat bau.
Karena Afza tidak menduga adanya kejutan
semacam ini, dia tidak membawa baju ganti. Sehingga pihak panti asuhan
meminjamkannya pakaian untuk ganti. Namun tentulah hanya pakaian luar
saja yang dipinjamkan oleh pihak panti asuhan. Oleh sebab itu dia
disindir oleh teman-teman dan dijadikan sebagai bahan bercanda.
Memasuki waktu Isya, teman-teman bergegas
mengambil air wudhu untuk sholat Isya' sekaligus Tarawih berjama'ah.
Seusai sholat Isya' dan Tarawih, barulah kami berpamitan untuk pulang
agar tidak terlalu larut malam. Memang hanya sebentar waktu kami berada
di panti asuhan tersebut, tetapi kesan yang tercipta begitu banyak dan
mendalam bagi kami maupun warga panti asuhan tersebut, terutama bagi
teman kami yang berulang tahun saat itu, tentulah akan menjadi
pengalaman yang tak terlupa dan hadiah ulang tahun yang paling berkesan.
fFrom
Tidak ada komentar:
Posting Komentar