Senin, 17 Juni 2013

Hargailah Kedua Orang Tua Kita

13714334831757294574
(www.theheartofsimplicity.com)

Fenomena yang acapkali terjadi di dunia ini adalah sering terjadi ketika anak-anak mulai tumbuh dewasa, sudah mandiri, dan apalagi sudah punya mata pencaharian sendiri, kaya-raya, mulai berkurang, atau bahkan tidak lagi punya rasa hormat dan rasa menghargai orangtuanya. Semakin uzur dan lemah orangtuanya, kecenderungan itu semakin menguat. Ayah, maupun ibu yang sudah lemah karena usianya, apalagi sakit-sakitan, dirasakan sebagai suatu beban yang mengganggu (kenikmatan) kehidupannya. Sehingga rasa jengkel kerap menghinggapi emosi si anak ketika berhubungan dengan ayah/ibunya.

Maka, perlakuan tak pantas dari sang anak kepada orangtuanya, seperti berbicara kasar, membentak, bahkan memarahi ayah/ibunya sering terjadi di banyak keluarga. Kalau ayah/ibunya bertanya sesuatu, sering tidak dianggap, atau dijawab dengan nada tinggi, dikatai cerewet, dan sebagainya. Orangtuanya hanya bisa diam tak berdaya, menyimpan rasa sesak di dalam dadanya. Lebih parah lagi kalau orangtuanya malah disingkirkan dari rumahnya dengan ditempatkan di panti werda, padahal dia mampu merawatnya, baik sendiri, maupun menyewa suster khusus lanjut usia.

Si anak seolah-olah sudah melupakan semua jerih-payah dan pengorbanan ayah/ibunya sejak dia dilahirkan sampai menjadi seperti (sukses) sekarang. Semua itu seolah-olah tidak ada harganya sama sekali, dengan alasan sinis seperti “itu ‘kan memang kewajiban orangtua terhadap anaknya?” Dia lupa, suatu ketika pasti kalau umurnya panjang dia juga akan mengalami hari-hari uzur seperti kedua orangtuanya itu. Apalagi kalau sakit-sakitan juga. Bagaimana, jika anak-anaknya kelak memperlakukan dia seperti dia memperlakukan orangtuanya sekarang.

Latar belakang anak yang sedemikian tak menghormati lagi orangtuanya itu bermacam-macam. Faktor-faktor psikologisnya itu terutama cara mengasuh dan mendidik anaknya yang salah ketika dia masih kecil sampai remaja. Terlalu memanjakan anak, atau terlalu otoriter terhadap anak, berpotensi besar menanamkan rasa tak hormat si anak kepada orangtuanya, yang memanjakannya,  atau rasa dendam si anak kepada orangtuanya yang otoriter. Yang secara sadar, atau tidak, akan diekspresikan kepada orangtuanya ketika dia sudah dewasa, dalam wujud sikap-sikap yang (sangat) tidak pantas. Ada juga penyebabnya yang datang dari karakter si anak sendiri, yang terpengaruh dari lingkungan pergaulannya ketika masih kecil, remaja, maupun  dewasa, termasuk lingkungan kerjanya.

Saya pernah menyaksikan seorang ABG perempuan yang berbicara sangat tidak pantas dengan ayahnya di telepon. Dari percakapan di telepon itu, saya mengambilkan kesimpulan bahwa rupanya si ayah baru selesai menjalani opname di sebuah rumah sakit, sedangkan dia belum bisa meninggalkan rumah sakit itu, karena belum melunasi pembayarannya dan belum ada yang menjemputnya.
Anak ABG perempuan itu — kalau saya tidak salah ingat, di sebuah mall —  berbicara dengan nada tinggi dengan kata-kata yang sangat tidak pantas dengan ayahnya, yang kira-kira begini, “Papa, kan sudah bisa jalan sendiri?! Di lobi rumah sakit itu kan ada ATM?! Papa ambil uang saja di sana, terus bayar. Di halaman rumah sakit juga ada banyak taksi, kok!”

Saya terperangah dan hampir tidak bisa mempercayai pendengaran saya sendiri. Saya memandang wajah anak itu. Terlihat merengut dan kelihatan culasnya. 

1371433643776109951
(http://www.3xaxa.ru/pozitiv/page/6/)

Rata-rata manusia yang sudah sangat lanjut usianya akan kembali berperilaku seperti anak-anak, yang jika mengikuti perasaan hati kita memang terasa menjengkelkan. Tetapi, kita harus menghapus perasaan negatif tersebut, dengan menanam pengertian di hati kita bahwa memang demikianlah setiap manusia kalau sudah sangat lanjut usianya, dan terpenting beliau adalah orangtua kita sendiri. Dengan dasar ini kita kemudian harus bisa bersikap tenang, kalem dan sabar menghadapinya, dan sedapat mungkin membuatnya merasa senang dan bahagia ketika berada di dekat kita.

Kita juga pasti akan merasa tenteram di hati, ketika kelak orangtua kita itu meninggal dunia dalam keadaan yang berbahagia karena telah menikmati kehidupan yang indah bersama kita, anak-anaknya,  di hari-hari terakhirnya. Apalah artinya kuburan mewah, atau bahkan super mewah buat sang orangtua, kalau semasa hidupnya kita malah tidak menghargainya, tidak menghormatinya, berperilaku tak pantas kepadanya?

1371440217242088765

Ilustrasi. Apa artinya kuburan mewah seperti ini untuk orangtua kita, kalau di masa hidupnya, kita malah tidak menghargainya sama sekali? Bahkan sering membuatnya sakit hati? (sumber: forumm.wgaul.com )

Hakikat anak yang harus menghormati dan menghargai ayah dan ibunya. Jaman sekarang memang banyak anak yang tumbuh dewasa dengan melewati proses pola asuh yang salah, seperti dimanja atau karena orangtuanya yang otoriter, sehingga menyimpan dendam dan ada rasa benci kepada orangtuanya sendiri. Tetapi, apakah pantas alasan ini kemudian dipakai untuk bersikap kasar, tidak pantas kepada orangtuanya itu. Apakah dendam itu harus dilampiaskan? Kenapa tidak dihentikan sampai kepada dia saja, dengan berusaha melupakan masa lalu, memaafkan orangtuanya, dan hanya mengenang hal-hal positif dari mereka, sehingga tumbuh rasa respek dan cinta kepada mereka.

Sedangkan kepada anak-anak yang tumbuh dewasa dalam keluarga yang harmonis, orangtua yang demokrat, yang senantiasa mencurahkan perhatian dan cinta kasihnya kepada si anak, tentu sangat keterlaluan kalau si anak kemudian setelah tumbuh dewasa membalasnya dengan bersikap kasar/tidak pantas kepada orangtuanya. Tidak sedikit orang yang seperti ini, apalagi ketika dia merasa diri paling hebat, paling pintar, paling sukses melebihi siapa saja, termasuk orangtuanya. 

1371434031185864352 
 
 (http://blogs.fanbox.com/BlogContent.aspx?pbid=196623)

13714341331959915770
(devotionsfordisciples.com )

Video klip berupa sebuah fragmen yang mengisahkan hubungan antara seorang pemuda dengan ayahnya yang sudah uzur.Saya sangat terkesan dan merasa terharu setelah video tersebut. Meskipun durasinya hanya 5 menit lebih, meninggalkan kesan dan pesan filosofi yang sangat dalam mengenai makna hakiki cinta-kasih dan rasa hormat seorang anak kepada orangtuanya. 

Oleh karena itu saya menulis artikel pendek ini, dan menyertakan video dimaksud di sini, untuk dijadikan bahan renungan bagi kita semua. Terutama bagi kita yang orangtuanya, baik ayah, maupun ibu yang masih hidup. Silakan disimak, dan berilah komentar anda: http://www.youtube.com/watch?v=U08lAYIdZlE&feature=player_embedded

Tidak ada komentar:

Posting Komentar